Kamis, 27 Juli 2017

LAPORAN PEMBUATAN TELUR ASIN


       I.            TUJUAN

Adapun tujuan dari Pembuatan Telur Asin ini antara lain yaitu :
1.      Untuk mengetahui cara pembuatan Telur Asin.
2.      Untuk mengetahui kandungan yang ada pada telur asin.
3.      Untuk mengetahui manfaat garam sebagai bahan pengawet pada telur.
4.      Mengetahui peristiwa apa yang terjadi sehingga telur bisa asin.

    II.            LANDASAN TEORI
1.      Mekanisme Transpor pada Membran
Gerakan zat melalui membran dibedakan menjadi dua macam, yaitu gerakan pasif yang tidak menggunakan energi dan gerakan aktif yang memerlukan energi, yang termasuk gerakan pasif adalah difusi dan osmosis, sedang yang termasuk gerakan aktif adalah transpor aktif, endositosis, dan eksositosis.
a)      Difusi
Difusi merupakan proses pergerakan acak partikel-partikel (atom, molekul) gas, cairan, dan larutan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah hingga mencapai tahap kesetimbangan.. Di dalam sel terjadi peristiwa perpindahan molekul zat dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi lebih rendah untuk mencapai kesamaan konsentrasi. Peristiwa tersebut dinamakan difusi. Di tingkat sel, difusi bermacam bahan, termasuk air terjadi terus menerus dan di mana-mana. (Frank B. Salisbury & Cleon W. Ross, 1995 : 32).
b)        Osmosis
Osmosis, yaitu perpindahan melekul air melalui selaput semipermiabel dari larutan yang hipotonis (kepekatan rendah) ke larutan hipertonis (kepekatan tinggi).
c)      Transpor Aktif
Perpindahan zat melalui membrane selektif permiabel dari tempat yang konsentrasi zatnya rendah ke tempat yang konsentrasi zatnya tinggi menggunakan energi (ATP) dan enzim pengangkut (protein carier) dinamakan transpor aktif. Transpor aktif melawan gradien konsentrasi suatu zat. Contohnya pompa Na+, K+. Senyawa yang berupa karbohidrat agar dapat diserap harus dipecah atau disederhanakan dahulu menjadi monosakarida, seperti fruktosa, glukosa dan galaktosa. Senyawa-senyawa tersebut masih bersifat pasif sehingga sukar diserap oleh sel. Untuk itu harus diaktifkan lebih dahulu dengan menggunakan energi yang tersimpan di dalam sel berupa energi kimia yang disebut ATP (Adenosin Tri Phospat). Untuk membebaskan energi ATP diperlukan enzim tertentu sehingga terbatas energinya berupa 1 mol phospat sehingga sisanya berupa ADP (Adenosin Diphospat). Peristiwa inilah yang disebut transpor aktif.
d)     Endositosis dan Eksositosis
Endositosis dan eksositosis dapat terjadi pada organisme bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium dan sel-sel tertentu dari tubuh Vertebrata misalnya sel darah putih. Karena bersel satu itulah zat-zat padat atau tetes-tetes cairan dimasukkan dan dikeluarkan melalui membran sel. Proses memasukkan zat-zat padat atau tetes-tetes cairan melalui membran sel disebut dengan endositosis sedangkan proses mengeluarkan zat-zat padat atau tetes-tetes cairan melalui membran sel disebut eksositosis.

2.      Pengertian Telur
Telur adalah benda bercangkang yang mengandung zat hidup bakal anak yang dihasilkan oleh hewan dari golongan unggas (ayam, itik, burung, dll) dan hewan amfibi (ular, biawak, buaya, dll). Telur ini biasanya terdiri dari sel kuning telur (embrio ; zat hidup bakal anak) dan semen (cairan putih kental), dan setiap telur memiliki jangka waktu pengeraman yang berbeda untuk proses penetasan (lahirnya spesies baru). Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat.
Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur. Telur akan lebih bermanfaat bila direbus setengah matang dari pada direbus matang atau dimakan mentah. Telur yang digoreng kering juga kurang baik, karena protein telur mengalami denaturasi/rusak, berarti mutu protein akan menurun.

3.      Pengertian Telur Asin
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin bisa mencapai satu bulan (30 hari).
Prinsip pengawetan telur adalah untuk :
1) Mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur;
2) Mencegah keluarnya air dari dalam telur.
Untuk menjaga kesegaran dan mutu isi telur, diperlukan teknik penanganan yang tepat, agar nilai gizi telur tetap baik serta tidak berubah rasa, bau, warna, dan isinya. (Anonim, 2002). Secara umum, telur asin (baik yang masih mentah maupun yang sudah direbus) mempunyai daya awet yang tinggi, sehingga dapat disimpan dalam suhu kamar. Walaupun demikian, akan lebih baik jika penyimpanan telur asin dilakukan pada suhu 12-15 derajat C dan kelembaban udara 70-80%.
Telur dapat disimpan di dalam lemari es. Untuk mencegah kerusakan, memperlambat hilangnya kelembaban, dan mencegah terserapnya bau tajam dari makanan, saat menyimpan di lemari es sebaiknya telur asin dibungkus dengan wadah karton. Bagian tumpul menghadap ke atas. (Anonim, 2001).

 III.            ALAT DAN BAHAN

Ø  Bahan
·           Telur Bebek
·           Garam
·           Batu Bata
·           Air
Ø  Alat
·           Sikat
·           Alat Penumbuk
·           Ember Plastik

 IV.            CARA PEMBUATAN

1.         Pilih telur yang berkualitas baik, dengan cara menenggelamkan telur di dalam air, apabila telur tersebut tenggelam maka berkualitas baik, tetapi apabila telur tersebut menganmang maka telur berkualitas rendah.
2.         Telur dibersihkan dengan cara di cuci dan disikat permukaan telur secara perlahan.
3.         Siapkan 1 gelas batu bata yang telah dihaluskan.
4.         Siapkan ¼ gelas garam krosok.
5.         Campurkan bahan ke 1, 2, 3 dan tambahkan sedikit air untuk membuat adonan pembungkus telur.
6.         Telur dibungkus dengan adonan, susun dalam wadah tertutup dan diamkan selama 10 – 20 hari.
7.         Setelah itu dapat dikukus atau direbus.


    V.            PEMBAHASAN

Sebagai bahan makanan, telur mempunyai beberapa kelebihan. Telur mengandung semua zat gizi yang diperlukan tubuh, rasanya enak, mudah dicerna, menimbulkan rasa segar dan kuat pada tubuh, serta dapat diolah menjadi berbagai macam produk makanan.
Dalam telur itik, protein lebih banyak terdapat pada bagian kuning telur, 17 persen, sedangkan bagian putihnya 11 persen. Protein telur terdiri dari ovalbumin (putih telur) dan ovavitelin (kuning telur). Protein telur mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat.
Pada suatu penelitian dengan menggunakan tikus percobaan, diketahui bahwa telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen, bandingkan dengan daging ayam (80%) dan susu (75%). Berarti jumlah dan komposisi asam aminonya sangat lengkap dan berimbang, sehingga hampir seluruh bagiannya dapat digunakan untuk pertumbuhan maupun penggantian sel-sel yang rusak.
Hampir semua lemak dalam sebutir telur itik terdapat pada bagian kuningnya, mencapai 35 persen, sedangkan di bagian putihnya tidak ada sama sekali. Lemak pada telur terdiri dari trigliserida (lemak netral), fosfolipida (umumnya berupa lesitin), dan kolesterol.
Fungsi trigliserida dan fosfolipida bagi tubuh adalah sebagai sumber energi, satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori energi. Lemak dalam telur berbentuk emulsi (bergabung dengan air), sehingga menjadi lebih mudah dicerna, baik oleh bayi, anak-anak, maupun golongan lanjut usia.

 VI.            KESIMPULAN

1.      Telur asin mengalami proses osmosis yaitu perpindahan melekul air melalui selaput semipermiabel dari larutan yang hipotonis (kepekatan rendah) ke larutan hipertonis (kepekatan tinggi).
2.      Telur yang diasinkan bersifat stabil, dapat disimpan tanpa mengalami proses perusakan.
3.      Dengan pengasinan rasa amis telur akan berkurang tidak berbau busuk, dan rasanya enak.
4.      Asin tidaknya telur asin dan keawetannya, sangat tergantung pada kadar garam yang diberikan. Semakin tinggi kadar garam, akan semakin awet telur yang diasinkan, tetapi rasanya akan semakin asin.







Jumat, 21 Juli 2017

PENGARUH PERBANDINGAN EKSTRAK MASERASI KULIT PISANG AMBON (Musa paradisiaca L) DAN KULIT PISANG KEPOK (Musa acuminate C)
TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

Teguh Irfani[1]
DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama
Jln. Mataram No. 09 Kota Tegal, Indonesia
Telp/Fax (0283) 352000

Abstrak

Kulit pisang Ambon dan Kulit pisang Kepok mengandung senyawa saponin. Saponin ini bersifat anti oksidan yang dapat mencegah reabsorpsi dan meningkatkan ekskresi kolesterol. Banyak penelitian menyebutkan banyak kegunaan dari kulit pisang ambon dan kulit pisang kepok seperti antibakteri, antioksidan dan anti nyeri, namun pemanfaatannya masih sedikit. Hal ini dikarenakan proses ekstraksi yang rumit dan tidak banyak orang yang mengetahuinya menjadi alasannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh dari pemberian ekstrak maserat kulit pisang ambon dengan ekstrak maserat kulit pisang kepok.
Penelitian ini menggunakan metode maserasi dalam proses ekstraksi, karena saponin tidak tahan terhadap pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Pengujian digunakan tikus putih jantan sebagai hewan uji serta sebagai pembanding digunakan simvastatin sebagai kontrol positif dan CMC sebagai kontrol negatif. Analisis yang digunakan yaitu dengan melihat penurunan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan serta dengan menggunakan uji anova satu arah. Digunakan satu dosis dalam perlakuan ekstrak yaitu 200mg/kgBB.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedua ekstrak maserat baik maserat kulit pisang ambon maupun maserat kulit pisang kepok berpangaruh dalam menurunkan kolesterol total pada tikus putih jantan. Ekstrak maserat kulit pisang kepok lebih berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan dengan hasil 15,33 mg/dl dibandingkan dengan ekstrak maserat kulit pisang ambon dengan hasil 17,66 mg/dl.

Kata kunci : kulit pisang kepok, kulit pisang ambon, kolesterol, ekstrak

Abstrak

Ambon banana skin and banana peel The kepok contains saponin compounds. Saponin is anti oxidant that can prevent reabsorption and increase cholesterol excretion. Many studies mention the many uses of the banana skin of Ambon and banana peel skeleton such as antibacterial, antioxidant and anti-pain, but the utilization is still small. This is because the complicated extraction process and not many people know it is the reason. This study aims to determine the effect of the effect of extract maserat banana skin with the extract maserat banana peach skin kepok.
This research uses the maceration method in the extraction process, because saponin is not resistant to heating. The solvent used is 70% ethanol. Testing used male white rat as a test animal and as a comparison used simvastatin as a positive control and CMC as a negative control. The analysis used is to see the decrease in total cholesterol levels in male white rats and by using one way anova test. Used one dose in the extract treatment of 200mg / kgBW.
Based on the result of the research, it can be concluded that both maserat extract both masonic banana skin of Ambon and maserat banana kepok skin have the effect in decreasing total cholesterol in male white rat. Maserat extract of banana kepok more influential in decreasing total cholesterol level in male white rat with result 15,33 mg / dl compared with masonic extract of banana skin of ambon with result 17,66 mg / dl.

Keywords: banana kepok skin, banana skin of ambon, cholesterol, extract






1.      Pendahuluan
Gaya hidup masyarakat telah berubah, perubahan ini banyak dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang telah mengubah jenis asupan makanan yang disukai oleh masyarakat. Dari perubahan tersebut masyarakat cenderung memilih janis makanan yang menawarkan kekuatan rasa yang berasal dari bahan makanan yang berlemak.
Kolesterol adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk pembangunan membran sel tubuh, bahan pembuatan hormon steroid, menyusun garam empedu dan lain sebagainya. Kolesterol pada dasarnya dapat disintesis oleh sel tubuh pada semua organ, namun kebanyakan kolesterol disintesis oleh sel hati dengan jumlah sekitar 500 mg/hari. Kolestrol tersebut berasal pula dari makanan yang dikonsumsi oleh individu yang berasal dari kolestrol hewan, antara lain otak, hati, daging, kuning telur dan organ dalam lainnya
Penggunaan tanaman untuk tujuan pengobatan sudah dilakukan sejak dahulu, dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian tanaman. Pengobatan dengan menggunakan bahan-bahan dari alam biasa kita sebut dengan pengobatan tradisional. Masyarakat mulai beralih pada obat tradisional karena keuntungan menggunakan bahan alami selain mudah didapat, harganya relatif lebih murah dan efek sampingnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik, serta umumnya dalam satu tanaman memiliki efek farmakologi lebih dari satu sehingga sesuai untuk penyakit degeneratif dan metabolik.
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang tumbuh dan tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini limbah kulit pisang hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal sisa pengolahan ini masih dapat diekstrak dan dimanfaatkan untuk pengobatan. Menurut penelitian sebelumnya, kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L) dan kulit pisang kepok (Musa acuminate C) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah karena memiliki kandungan saponin dan tanin, namun dengan berjalannya proses pematangan kandungan tanin akan menghilang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiacal) dan kulit pisang kepok (Musa acuminate C) terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus), serta untuk mengetahui ekstrak manakah yang  paling berpengaruh diantara ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiacal) dan kulit pisang kepok (Musa acuminate C) terhadap penurunan kadar kolesterol pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).

2.      Metode Penelitian
a.       Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 5 Pebruari 2017 di laboratorium 4 Politeknik Harapan Bersama Tegal.
b.      Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh penulis
c.       Ekstraksi
Saponin adalah jenis zat aktif yang tidak tahan pemanasan sehingga metode ekstraksi yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode maserasi.
d.      Uji Identifikasi Saponin
Identifikasi saponin dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan uji busa dan uji KLT.
e.       Diet Tinggi Lemak
Hewan uji terlebih diberikan diet tinggi lemak untuk membuat keadaan lemak dalam darah menjadi tinggi. Diet tinggi lemak dilakukan dengan pemberian makana tinggi lemak dan fruktosa selama 7 hari.
f.       Perlakuan
Hewan uji dilakukan perlakuan setelah kadar kolesterol dalam darah telah dinyatakan naik. Hewan uji dibagi menjadi 4 kelompok pada kelompok pertama diberikan Simvastatin senagai kontrol positif, pada kelompok ke 2 diberikan CMC sebagai kontrol negatif, pada kelompok ke 3 diberikan ekstrak kulit pisang ambon dan kelompok 4 diberikan ekstrak maserat kulit pisang kepok.
g.       Cek Kadar Kolesterol Total
Cek kadar kolesterol total dilakukan menggunakan easy touch dilakukan sebanyak 3 kali yaitu cek pertama sebelum dilakukan diet, kedua dilakukan setelah diberikan diet dan cek terakhir setelah dilakukan perlakuan.

3.      Hasil dan Pembahasan
1)      Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% karena saponin bersifat polar sehingga sangat efektif digunakan pelarut yang polar juga dalam ekstraksi. 50 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam 375 ml pelarut yaitu dengan perbandingan 1:7,5. Maserasi dilakukan selama 7 hari dalam bejana kedap cahaya dan dengan pengadukan sehari sekali untuk menjaga kestabilan konsentrasi. Untuk mendapatkan ekstrak kental terlebih dahulu dilakukan penyaringan dan dilanjutkan dengan penguapan.

2)      Uji Saponin
a.       Uji busa
Reaksi
Hasil
Pustaka
Ket
10 ml aquades + 0,5 g simplisia kulit pisang ambon + 1 tetes klorid 2 N


Busa 1,3 cm 30 detik

1 cm-2,5 cm


+
10 ml aquades + 0,5 g simplisia kulit buah pisang kepok kocok + 1 tetes klorid 2 N


Busa 1,5 cm 30 detik

1cm-2,5 cm
            


+

Dari data hasil uji saponin di atas menunjukkan bahwa kulit pisang ambon dan kulit pisang kepok mengandung saponin dibuktikan dengan adanya busa stabil setinggi 1,3 cm dan 1,5 cm selama 30 detik, hal ini menunjukkan tinggi busa masuk dalam range literatur yaitu 1 cm - 2,5 cm.
b.      Uji KLT
Ekstrak
Sample
Standar
Rf
hRf
Rf
hRf
kulit pisang ambon
0,3
30
0,275-37,5
27,5-37,5
kulit pisang kepok
0,35
35
0,37
37
Pengamatan warna dibawah sinar UV 254 dan 366 pada ekstrak maserat kulit pisang ambon terlihat warna kuning dan hijau dan pada pengamatan ekstrak maserat kulit pisang kepok terlihat warna kuning dan warna hijau. Hasil Rf kulit pisang ambon menunjukkan angka 0,3. sesuai dengan standar yaitu 0,275 – 0.375, sedangkan nilai hRf diperoleh angka sebesar 30 hasil penelitian ini masuk kedalam standar nilai hRf yaitu 27,5–37,5. Sedangkan hasil Rf ekstrak kulit pisang kepok menunjukkan angka 0,35, sesuai karena nilai Rf mendekati standar yaitu 0,37, sedangkan untuk nilai hRf yang diperoleh yaitu sebesar 35 sesuai dengan literatur karena mendekati nilai standar yaitu 37.

3)      Hasil Cek Kadar Kolesterol Total
a.       Kolesterol total awal
Kadar kolesterol total awal (mg/dl)
Kel +
Kel -
Kel ekstrak
Kel ekstrak
I
120
135
110
113
II
115
105
125
104
III
108
112
111
124
Jumlah
343
352
346
341
Rata-rata
114,33
117,33
115,33
113,67
Didapatkan hasil kadar kolesterol awal pada kelompok 1 memiliki rata-rata 114,33 mg/dl, kelompok ke 2 memiliki rata-rata 117,33 mg/dl, pada kelompok ke 3 memiliki rata-rata 115,33 dan kelompok ke 4 memiliki rata-rata 113,67.


b.      Cek kolesterol diet
Kadar kolesterol total setelah diet tinggi lemak (mg/dl)
Kel positif
Kel negatif
Kel ekstrak
Kel ekstrak
I
160
175
148
163
II
148
145
167
139
III
130
140
140
158
Jum
438
460
455
460
Rata-rata
146,0
153,33
151,67
153,33
Hasil cek kolesterol total setelah diberikan diet tinggi lemak didapatkan hasil pada kelompok 1 didapat rata-rata 146,00 mg/dl,kelompok 2 didapat hasil 153,33 mg/dl, kelompok 3 didapat hasil 151,67 mg/dl dan kelompok 4 didapatkan rata-rata kadar kolesterol 153,33 mg/dl.
c.       Persentase kenaikan kadar kolesterol
Kel
Kadar Awal
Kadar Diet
Naik
%
Kel +
114,33
146
31,67
28%
Kel -
117,33
153,33
36
31%
Perlakuan 1
115,33
151,67
36,34
32%
Perlakuan 2
113,67
153,33
39,66
35%
Dibandingkan antara kadar kolesterol awal dengan kadar kolesterol sesudah diet terjadi kenaikan kadar kolesterol yaitu pada kelompok 1 terjadi kenaikan sebesar 28%, pada kelompok 2 terjadi kenaikan 31%, kelompok 3 terjadi kenaikan 32% dan kelompok 4 sebesar 35%.
d.      Cek kadar kolesterol setelah perlakuan
Kadar kolesterol total setelah perlakuan (mg/dl)
Kel Simvastatin
Kel CMC
Kel Ekstrak Ambon
Kel Ekstrak Kepok
I
138
170
133
148
II
123
141
154
120
III
107
135
132
139
Jum
398
446
419
407
Rata-rata
122,67
148,67
136,33
135,67
Didapatkan hasil cek kadar kolesterol total setelah perlakuan yaitu pada kelompok somvastatin sebesar 122,67 mg/dl, pada kelompok CMC sebesar 148,67 mg/dl, pada kelompok ekstrak ambon sebesar 136,33 mg/dl dan kelompok ekstrak kepok sebesar 135,67 mg/dl.
e.       Persentase penurunan kolesterol total
Kelompok
Kadar Diet
Kadar Perlakuan
Turun
%
Kel Simvastatin
146
122,67
23,33
16%
Kel CMC
153,33
148,67
4,66
3%
Ekstrak ambon
151,67
136,33
15,34
10%
Ekstrak kepok
153,33
135,67
17,66
12%
Dengan membandingkan cek kadar kolesterol diet dengan kolesterol setelah perlakuan didapatkan hasil penurunan kadar kolesterol pada kelompok simvastatin terjadi penurunan sebesar 16%, pada kelompok CMC terjadi penurunan sebesar 3 %, pada kelompok ekstrak ambon terjadi penurunan sebesar 10%, dan pada kelomok ekstrak kepok terjadi penurunan kadar kolesterol sebesar 12%.

4)      Analisa Data
Hasil analisa pada penelitian ini selanjutnya diuji secara statistik menggunakan uji Anova dengan program SPSS. Berikut adalah uji statistik pengaruh pemberian ekstrak maserat kulit pisang ambon dan kulit pisang kepok terhadap kadar kolesterol total tikus putih jantan :

ANOVA

Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
549,583
3
183,194
51,124
,000
Within Groups
28,667
8
3,583


Total
578,250
11



      Berdasarkan perhitungan analisis One-Way Anova pada penelitian ini dengan nilai signifikansi 0,000 dimana nilai F hitung > F tabel (51,124> 4,066181). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ektrak maserat kulit pisang ambon dan ekstrak maserat kulit pisang kepok berpengaruh dalam penurunan kadar kolesterol pada tikus putih jantan.



4.     Kesimpulan
      Berdasarkan hasil penelitian, analisa data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.       Kedua ekstrak maserat baik maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L) maupun maserat kulit pisang kepok (Musa acuminate C) berpangaruh dalam menurunkan kolesterol total pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
b.      Ekstrak maserat kulit pisang kepok (Musa acuminate C) lebih berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dibandingkan dengan ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L).

5.     Daftar Pustaka
[1]        Atun, S. dkk. 2007. Identifikasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia dari Ekstrak Metanol Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca Linn.). Indo. J. Chem., 7 pp. 83 – 87.
[2]        Dalimartha, S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Trubus Agriwidya: Jakarta.
[3]        Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta  
[4]        Depkes RI, 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan. Direktorat Jenderal P2M & PLP: Jakarta.
[5]        Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Depkes RI: Jakarta.
[6]        Kailaku, S. I., 2011, Teknologi Pengolahan Sabun Transparan Skala Rumah Tangga, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 33 No.5, 14-16.
[7]        Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI: Karanganyar.
[8]        Satuhu dan Ahmad. 1994. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya: Jakarta.
[9]        Tjitrosoepomo, G. 1997. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
[10]    Warintek, 2011, Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit Pisang Ambon (Musa paradisiaca, L. Forma sapientum, L) dalam Mempercepat Durasi Penyembuhan Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Betina, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha: Bandung.