MAKALAH
SEDIAAN STERIL
TETES
MATA
Disusun
Oleh:
Teguh
Irfani (1608K002)
PILITEKNIK
HARAPAN BERSAMA
TEGAL
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata
merupakan organ yang peka dan penting dalam kehidupan, terletak dalam lingkaran
bertulang berfungsi untuk member perlindungan maksimal dan sebagai pertahanan
yang baik dan kokoh. Penyakit mata dapat dibagi menjadi 4 yaitu, infeksi mata,
iritasi mata, mata memar dan glaucoma. Mata mempunyai pertahanan terhadap
infeksi karena secret mata mengandung enzim lisozim yang menyebabkan lisis pada
bakteri dan dapat membantu mengeleminasi organism dari mata. Obat mata dikenal terdiri
atas beberapa bentuk sediaan dan mempunyai mekanisme kerja tertentu. Obat mata
dibuat khusus. Salah satu sediaan mata adalah obat tetes mata. Obat tetes mata
ini merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril yang digunakan
secara local pada mata.
Karena mata merupakan organ yang paling peka dari manusia maka
pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas
bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan pengawet,
sterilisasi dan kemasan yang tepat. Hal-hal yang berkaitan dengan syarat
tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
sediaan tetes mata dan persyaratan-persyaratan untuk obat tetes mata serta
untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril.
C. Manfaat
Dalam pembahasan makalah ini dapat memberikan manfaat dalam memahami lebih
lanjut mengenai obat tetes mata baik itu larutan maupun suspense.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guttae
Opthalicae (Obat Tetes Mata)
Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa
larutan atau suspense, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. Sediaan ini
diteteskan kedalam mata sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik,
dan antiinflamasi.
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu
memperhatikan beberapa faktor persyaratan berikut :
1.
Harus steril atau bebas dari mikroorganisme
Pemakaian
tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan
berat yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata
sehingga sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring larutan dengan filter
pembebas bakteri.
2.
Sedapat mungkin harus jernih
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan
padat. Filtrasi
dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas
partikel melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan
leburan gelas, misalnya Jenaer Fritten dengan
ukuran pori G 3 – G 5.
3.
Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal
Harga pH
mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang
nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, daerah pH 5.5-11.,4,
masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai rasa bebas
nyeri, meskipun kita sangat sulit merealisasikannya.
Pendaparan
merupakan salah satu cara untuk mempertahankan pH larutan tetes mata.
Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus didasarkan pada beberapa
pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan
mempunyai kapasitas dapar tertentu. Secara ideal obat tetes mata harus
mempunyai pH yang sama dengan larutan mata, tetapi hal ini tidak selalu dapat
dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat yang tidak cukup larut ataupun tidak
stabil pada pH 7,4. Oleh karena itu system dapar harus dipilih sedekat mungkin
dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan tidak menyebabkan pengendapan atau
mempercepat kerusakan obat. Jika harga pH yang di tetapkan atas dasar
stabilitas berada diluar daerah yang dapat di terima secara fisiologis, maka
kita wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui
penambahan asam atau basa.
Pembuatan
obat mata dengan system dapar mendekati ph fisiologis dapat dilakukan dengan
mencampurkan secara aseptik larutan obat steril dengan larutan dapar steril.
Walaupun demikian, perlu diperhatikan mengenai kemungkinan berkurangnya
kestabilan obat pada pH yang lebih tinggi, pencapaian dan pemeliharaan
sterilitas selama proses pembuatan. Berbagai obat, bila didapar pada pH yang
dapat digunakan secara terapeutik, tidak akan stabil dalam larutan untuk jangka
waktu yang lama sehingga sediaan ini dibuat dalam bentuk sediaan akan
direkonstitusikan segera sebelum digunakan. Tujuan pendaparan obat tetes mata
adalah :
a.
Mengurangi rasa sakit
b.
Menjaga stabilitas obat dala larutan
c.
Control aktivitas terapetik
4.
Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa
sakit pada mata, maka dikehendaki sedapat mungkin harus isotonis.
Karena
kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan
osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah
0,65-0,8 M Pa (6,5-8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K
atau konsentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air.
Cairan mata
isotonis dengan darah dan mempunyai nilai isotonis sesuai dengan larutan NaCl P
0,9%. Sediaan tetes mata sebaiknya
dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Larutan
hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap
dan enyediakan kadar vahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat
yang cepat dan efektif. Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah
kecil, pengenceran dengan air mata cepat terjadi sehingga rasa perih akibat
hipertonisnya hanya sementara. Tetapi penyesuaian isotonisitas oleh pengenceran
dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan hipertonik dalam jumlah
besar untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat mata sebisa
mungkin harus endekati isotonik. Untuk membuat larutan mendekati isotonis,
dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan
natrium-klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
5.
Zat pengawet dala larutan tetes mata
Syarat zat
pengawet bagi larutan obat tetes mata:
1.
Harus bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Terutaa
sifat bakteriostatik terhadap pseudomonas aeruginosa, karena sangat berbahaya
pada mata yang terinfeksi.
2.
Harus tidak mengiritasi jaringan mata, kornea,
dan konjungtiva
3.
Harus kompatibel dengan bahan obat
4.
Tidak menimbulkan alergi
5.
Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal
Tipe zat pengawet yang dianjurkan
untuk larutan obat tetes mata ada 4 macam :
a.
Esters dari p-hidroksi as.benzoat, terutama nipagin
dan nipasol
b.
Senyawa merkuri organic, seperti fenil merkuri nitrat,
timerosol
c.
Zat pembasah kationik seperti, benzalkonium khlorid
dan setil peridinium klorid
d.
Derivate alcohol seperti, klorbutanol, fenil etil
alcohol
6.
Viskositas dalam larutan mata
Tetes mata
dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran
konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas
tetes mata dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan
dan waktu kontak yag lebih panjang. Viskositas diperlukan agar larutan obat
tidak cepat dihilangkan oleh air mata serta dapat memperpanjang lama kontak
dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai hasil terapi yang besar. Biasanya
yang digunakan untuk enaikkan viskositas ialah CMC dengan kadar 0,25-1%.
Viskositas
sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab jika tidak, maka
akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan dengan harga
viskositas 5-15 mPa detik (5-15 cP).
7.
Surfaktan dalam pengobatan mata
Surfaktan
sering digunakan dala larutan mata karena mempunyai fungsi sebagai zat pembasah
atau zat penambah penetrasi.
Efek
surfaktan adalah :
a.
Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat
kontak dengan mata.
b.
Menaikkan penetrasi ke dalam kornea dan jaringan lain
c.
Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada
pengenceran obat oleh air mata.
Surfaktan
yang sering digunakan adalah benzalkonium-klorid 1 : 50.000 jangan lebih dari 1
: 3000. Surfaktan lain juga yang dipakai adalah benzalkonium klorid, duponal
M.E dan aerosol OT atau OS. Pemakaian surfaktan jangan lebih dari 0,1%. Lebih
encer lebih baik.
8.
Pewadahan
Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil,
tidak pernah lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol
7,5 ml adalah ukuran yang menyenangkan untuk penggunaan larutan mata.
Penggunaan wadah kecil memperpendek waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien
dan meminimalkan jumlah pemaparan kontaminan.
B. Suspensi Obat
Mata
Pembuatan
suspensi dapat dilakukan jika obat tidak larut dalam peyangga yang cocok.
Misalnya kortikosteroid. Syarat utama suspensi air atau minyak adalah ukuran
partikel yang sangat dibatasi. Pada dasarnya, suspensi menggunakan serbuk yang
telah dimikronisasi untuk menghindari terjadinya rangsangan pada mata. Ukuran
partikel pada mata <30 nm. Untuk menstabilkan suspensi, kita tambahkan
viskositas. Suspense obat ata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras atau penggumpalan.
C. Penggolongan
Obat Mata Berdasarkan Farmakologi
1.
Obat mata sebagai anti-infektif dan antiseptik
Contohnya : Albucetine eye drop 5 ml, 10 ml, 15 ml, dan oint 3,5 g
2.
Obat mata mengandung corticosteroid
Contohnya : Celestone eye drop 5 ml
3.
Obat mata sebagai antiseptik dengam corticosteroid
Contohnya : Cendo Xitrol 5 ml dan 10 ml
4.
Obat mata mempunyai efek midriatik
Contohnya : Cendo Tropine 5 ml, 10 ml dan 15 ml
5.
Obat mata mempunyai efek miotik
Contohnya : Cendo Carpine 5 ml, 10 ml dan 15 ml
6.
Obat mata mempunyai efek glaukoma
Contohnya : Isotic Adretor 5 ml
7.
Obat mata mempunyai efek lain
Contohnya : Catarlent eye drop 15 ml
D. Keuntungan Obat Tetes Mata
1.
Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny,
bioavailabilitas, dan kemudahan penanganan.
2.
Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya
partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga
meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan
bioavailabilitas dan efek terapinya.
3.
Tidak menganggu penglihatan ketika
digunakan
E. Kerugian Obat Tetes Mata
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat dilihat
bahwa obat tetes mata harus lah :
a.
steril
b.
bebas dari partikel tersuspensi kecuali bentuk
suspense
c.
sedapat ungkin isotonis dan isohidris
d.
Dibufer
e.
Dalam wadah kecil, praktis dan steril
f.
Mengandung zat bakteriostatik untuk menjaga sterilitas
dan stabilitas
Formulasi
suspense obat mata dapat dibuat jika diperlukan untuk membuat produk yang
bertujuan mengingkatkan waktu kontak kornea, atau diperlukan untuk obat tidak
larut atau tidak stabil dalam pembawa air.
B. Saran
Sebelum memberikan larutan atau
suspense oftalmik sebaiknya pengguna mencuci tangan sampai bersih. Selama
penanganan dan pemberian obat ata, harus berhati-hati agar penetes tidak
berkontak dengan mata, kelopak mata, atau permukaan lain.
DATAR
PUSTAKA
Departemen
Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta : Depkes RI.
Departemen
Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.
Ansel,
Haward C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV. Jakarta : UI –
Press.
Anief,
Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat Teori Dan Praktik. Yogyakarta : UGM – Press.
htt://pharmacis
muslim.blogspot.com/2010/07/TetesMataSteril_14.html.
https://www.academia.edu/17070831/Pendahuluan_Obat_tetes_mata_steril.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar