Rabu, 19 Juli 2017

PENGENALAN TANAMAN OBAT BERKHASIAT DAN MEMBUAT SIMPLISIA TANAMAN OBAT BERKHASIAT DARI RIMPANG TEKI (Cyperus rotundus L)

PENGENALAN TANAMAN OBAT BERKHASIAT DAN MEMBUAT SIMPLISIA TANAMAN OBAT BERKHASIAT DARI RIMPANG TEKI
(Cyperus rotundus L)

       I.            TUJUAN

1.      Mengenal beberapa macam tanaman berkhasiat.
2.      Menyebutkan dan menjelaskan deskripsi (ciri-ciri morfologi) beberapa jenis tanaman berkhasiat.
3.      Menjelaskan khasiat, kegunaan dan fitokimia beberapa tanaman berkhasiat.
4.      Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa macam simplisia tanaman obat dan khasiatnya.
5.      Mahasiswa mampu membuat simplisia dengan cara pengeringan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia.

    II.            DASAR TEORI

Indonesia ialah Negara tropis yang memiliki potensi tanaman berkhasiat obat cukup besar dan menepati urutan kedua setelah brazil. Diperkirakan sekitar 30.000 tumbuhan ditemukan didalam hutan hujan tropika, sekitar 1.260 spesies diantaranya berkhasiat sebagai obat dan sekitar 180 spesies yang telah digunakan untuk berbagai keperluan industry obat dan jamu, tetapi baru beberapa spesies saja yang telah dibudayakan, secara intensif (supriadi, 2001). Oleh karna itu perlu terus dilakukan upaya pengenalan dan penelitian baik dari pendekatan botani, khasiat maupun kandungan kimia.
Tanaman obat berkhasiat ialah tanaman yang dimanfaatkan karena kandungan bahan yang ada didalamnya memiliki khasiat tertentu. Contoh beberapa bahan alami yang diketahui mempunyai khasiat tertentu ialah :
1.      Zat samak atau tannin
Bahan ini dapat mengendapkan protein sehingga dapat mengencangkan kulit atau mengurangi bau badan. Zat ini terdapat antara lain pada aloe vera, alyxia stellate, areca catehu, curcuma heyneana, santa / um album, strichnos ligustrina, dll.
2.      Minyak atsiri
Minyak atsiri dapay memberi bau wangi karna bersifat antibakteri, terdapat dalam alyxia stellate, andropogon zizanioides, ateminsia cina, cinnamomum sintok, curcumae domestica, dll.
3.      Minyak lemak
Bahan alam mengandung minyak lemak seperti coccos nucinus communis dan sesanum indicum.
4.      Pati
Bahan ini berkhasiat menutup pori kulit sehingga kesan halus dan sebagai pembersih, terdapat pada aloe vera, oryza sativa, pachyrrus erosus, curcuma xanthorriza, dll.
Pencandraan tanaman ialah suatu upaya untuk mengenal dan mengetahui deskripsi morfologi dan sifat suatu tanaman. Pengenalan yang utama ialah pada nama ilmiah tanaman dari pada nama lokalnya pencandraan tanaman berkhasiat terbagi dalam tiga pendekatan yaitu secara botani, khasiat dan kandungan kimia (fitokimia). Pendekatan botani menguraikan tentang klasifikasi dan deskripsi morfologi tanaman. Bagian morfologi tanaman yang penting untuk dikenali ialah daun, karna banyak sekali tanaman obat yang mempunyai kemiripan tampilan daun. Contoh daun tempuyung tertukar dengan daun tapak liman mungkin tidak menjadi masalah karna keduanya memiliki kegunaan untuk mengatasi gangguan fungsi ginjal. Namun akan menjadi masalah besar bila tertukar dengan daun kitolod yang agak beracun jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Bagian khasiat ialah uraian khasiat tanaman secara empiris untuk mengobati penyakit tertentu. Mengetahui khasiat beserta kontraindikasi ialah hal yang terpenting sebelum memanfatkan tanaman untuk obat. Satu jenis tanaman obat umumnya memiliki beragam khasiat. Sedangkan bagian fitokimia berisi skrining kandungan golongan kimia biologis aktof tanaman atau bagian tanaman disamping kandungan minyak atsiri seperti alkaloid, saponin, flavonoid, tannin dan polifenol.
Kata simplisia ialah bentuk jamak dari kata simpleks yang berasal dari kata simple, berarti satu atau sederhana. Istilah simplisia dipakai untuk menyebut nama bahan obat alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalamu perubahan bentuk.
Departemen kesehatan RI membuat batasan tentang simplisia ialah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun dab kecuali dinyatakan lain umumnya yang berupa bahan yang telah dikeringka. Berdasarkan hal tersebut maka simplisia di bagi menjadi tiga golongan yaitu :
a)      Simplisia nabati
Simplisa yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan amtara ketiganya. Contoh : datura folium dan piperis nigri fructus.
b)      Simplisia hewani
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belu, berupa bahan kimia murni. Contoh : minyak ikan dan madu.
c)      Simplisa pelikanan atau mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau diolah dengan cara sederhana dab belum berupa bahan kimia. Contoh : serbuk seng dan serbuk tembaga.
Pembuata simplisia secara umum dapat digunakan cara-cara sebagai berikut :
·         Pengeringan
·         Fermentasi
·         Proses khusus (penyulingan, pengentalan, eksudat, dll)
·         Dengan bantuan air (misal pada pembuatan pati)
Adapun tahap-tahap pembuatan simplisia secara garis besar adalah sebagai berikut :
1.      Pengumpulan bahan baku
Bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahap ini adalah masa panen.
2.      Sortasi basah
Pemilihan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi basah dilakukan terhadap : tanah dan kerikil,rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan.
3.      Pencucian
Untuk membersihkan kitorab yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan yang tercemar pestisida.
4.      Pengubahan bentuk
Untuk memperluas permukaan bahan baku, semakin luas permukaan maka proses pengeringan bahan baku akan semakin cepat.
5.      Pengeringan
Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri
6.      Sortasi kering
Pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan.
7.      Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simpisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisa satu dengan yang lain.
Salah satu tanaman yang dipercaya bisa dijadikan obat adalah Cyperus
rotundus L (rimpang teki) merupakan herbal menahun yang tumbuh liar dan
kurang mendapat perhatian, padahal bagian tanaman ini terutama umbinya dapat
digunakan sebagai analgetik. Bagian luar rimpng berwarna coklat kehitaman dan bagian dalam berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, berasa agak pahit (Gunawan dkk, 1998).
1.      Morfologi dan klasifikasi Rimpang Teki
Tumbuh di dataran rendah pada ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.
Banyak tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia,
Indonesia dan kawasan Asia Tenggara pada umumnya. Tumbuh liar di tempat
terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari seperti di lahan pertanian yang
tidak terlalu kering (tanahnya tidak berbencah-bencah), ladang, kebun, tegalan,
pinggir jalan dan tumbuh sebagai gulma yang susah diberantas. Umbi sebesar
kelingking bulat atau lonjong, berkerut dan berlekuk, agak berduri bila diraba. Bagian
luar umbi berwarna coklat dan bagian dalam berwarna putih, berbau seperti rempahrempah, terasa agak pahit (Gunawan dkk, 1998).
Rimpang teki adalah tanaman abadi yang dapat mencapai ketinggian
hingga 40 cm. Nama "rumput mur" dan "alang mur" (bersama dengan spesies yang
terkait Cyperus esculentus) berasal dari umbinya, yang agak menyerupai kacang,
meskipun botanikal tetapi tidak ada hubungannya dengan kacang (Anonim, 2011).
Rimpang teki (keluarga Cyperaceae), juga dikenal sebagai purple nutsdge
atau nutgrass, merupakan gulma tahunan yang ramping, bersisik merayap rimpang,
bulat di dasar dan timbul tunggal dari umbi-umbian yang sekitar 1-3 cm. Umbi secara
eksternal berwarna kehitaman dan di dalamnya berwarna putih kemerahan, dengan
bau yang khas. Batang tumbuh sekitar 25 cm dan daun yang linear, gelap hijau dan
beralur pada permukaan atas. Bunganya kecil, dengan 2-4 bracts, terdiri dari bunga
kecil dengan kulit merah-coklat. Umbi rumput teki merupakan tanaman asli India,
namun sekarang ditemukan di daerah tropis, subtropis dan sedang (Lawal, 2009).
Rumput semu menahun, tapi bukan termasuk keluarga rumput-rumputan
(Graminae) dapat mencapai tinggi 10 cm. Rimpang (rhizome) berumbi, batang
bentuk segitiga. Daun 4-10 berjejal pada pangkal batang, dengan pelepah daun yang
tertutup di bawah tanah, berwarna coklat kemerahan, helaian daun berbentuk garis
dengan permukaan atas berwarna hijau tua mengkilat, ujung daun meruncing, lebar
helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebar. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak
bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, berkelamin dua (Gunawan dkk,
1998).
Sistem akar tanaman yang masih muda awalnya bentuk putih, rimpang
berdaging. Beberapa rimpang tumbuh ke atas dalam tanah, kemudian membentuk
struktur bola lampu seperti dari mana tunas-tunas baru dan akar tumbuh, dan dari
akar baru, rimpang baru tumbuh. Rimpang lainnya tumbuh horizontal atau ke bawah,
dan bentuk umbi coklat kemerahan gelap atau rantai umbi (Anonim, 2011).
                        Berikut klasifikasi rimpang teki :
a.       Kingdom          : Plantae
b.      Subkingdom     : Tracheobionta
c.       Super divisi      : Spermatophyta
d.      Divisi               : Magnoliophyta
e.       Kelas                : Liliopsida
f.       Sub kelas          : Commelinidae
g.      Ordo                 : Cyperales
h.      Famili               : Cyperaceae
i.        Genus               : Cyperus
j.        Spesies             : Cyperus rotundus L.
2.      Manfaat Rimpang Teki
Rimpang teki merupakan herbal menahun yang tumbuh liar, bagian
tanaman ini terutama umbinya dapat digunakan sebagai analgetik (Sudarsono dkk,
1996). Umbi rumput teki merupakan tanaman serbaguna, banyak digunakan dalam
pengobatan tradisional di seluruh dunia untuk mengobati kejang perut, luka, bisul dan
lecet. Sejumlah aktivitas farmakologi dan biologi termasuk anti-Candida,
antiinflamasi, antidiabetes, antidiarrhoeal, sitoprotektif, antimutagenik, antimikroba,
antibakteri, antioksidan, sitotoksik dan apoptosis, kegiatan analgesic, anti-piretik
telah dilaporkan untuk tanaman ini (Lawal, 2009) dan pengurang rasa nyeri pada
mencit (Puspitasari, 2003). Kegunaan umbi rumput teki lainnya adalah sebagai obat
mempercepat pematangan bisul, obat cacing, pelembut kulit, peluruh dahak
(ekspektoran), peluruh haid (emenagok), peluruh kentut (karminatif), penambah
nafsu makan, penghenti pendarahan (hemostatik) dan penurun tekanan darah.
3.      Kandungan Rimpang Teki
Studi fitokimia sebelumnya pada rimpangt teki mengandung adanya alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida dan furochromones, saponin dan seskuiterpenoid (Lawal, 2009). Seperti pada tanaman lain umbi rumput teki memiliki banyak kandungan kimia yang dapat menunjukkan aktivitas farmakologi, namun komponen aktif utama tampaknya menjadi seskuiterpen. Ini adalah aromatik, molekul. Di antara seskuiterpen utama yang diidentifikasi dalam rimpang teki sejauh ini adalah: α-cyperone, β-selinene, cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone dan isokobusone. Umbi rumput teki juga mengandung terpene lainnya, seperti pinene komponen tanaman sering terjadi (monoterpene), dan beberapa turunan sesquiterpenes, seperti cyperol, isocyperol, dan cyperone (Subhuti, 2005).
Komposisi kimia dari minyak volatile umbi rumput teki telah banyak dipelajari dan empat jenis kimia (H-, K-, M-O-jenis), dari minyak esensial di
berbagai bagian Asia telah dilaporkan. H-jenis dari Jepang yang ditemukan
mengandung α-cyperone (36,6%), β-selinene (18,5%), cyperol (7,4%) dan
caryophyllene (6,2%). M-jenis dari Cina, Hong Kong, Jepang, Taiwan dan Vietnam
telah α-cyperone (30,7%), cyperotundone (19,4%), β-selinene (17,8%), cyperene
(7,2%) dan cyperol (5,6%). Jenis-O dari Jepang, Taiwan, Thailand, Hawaii dan
Filipina ditandai oleh cyperene (30,8%), cyperotundone (13,1%) dan β-elemene
(5,2%). Selain itu, O Hawaii-jenis telah cyperotundone (25,0%) dan cyperene
(20,7%) sebagai senyawa utama. Akhirnya, K-jenis, juga dari Hawaii, didominasi
oleh cyperene (28,7%), cyperotundone (8,8%), asetat patchoulenyl (8,0%) dan asetat
sugeonyl (6,9%) (Lawal, 2009).
Minyak rimpang tanaman ini dari berbagai negara juga menunjukkan
perbedaan komposisi dan menunjukkan keberadaan varietas fitokimia. Cyperene
(19,2-30,9%) dan α-cyperone (4,5-25,2%) adalah unsur paling berlimpah dari minyak
umbi rumput teki dari Nigeria dan spesies Tunisia, tetapi konsentrasi komponen
utama lainnya bervariasi. Spesies asal Brasil itu ditemukan mengandung α-cyperone
(22,8%) dan cyperotundone (12.1%) sebagai senyawa utama minyak. Minyak
rimpang umbi rumput teki dari India dilaporkan telah α-copaene (11,4-12,1%),
cyperene (8,4-11,7%), valerenal (8,7-9,8%), oksida caryophyllene (7,8-9,7%) dan
trans-pinocarveol (5,2-7,4%), beberapa di antaranya tidak hadir pada spesies dari
negara lain (Lawal, 2009).
Studi fitokimia sebelumnya pada rimpang teki mengungkapkan adanya
beberapa bahan kimia yang terkandung yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida
dan furochromones, dan seskuiterpenoid dan saponin (Syamsuhidayat dan Hutapea
dalam Hartati, 2008; Lawal dan Oladipupo, 2009). Umbi rumput teki mengandung
alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%, flavonoid 1-3% yang
isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya.
Flavonoid berfungsi sebagai antiradang dengan cara menghambat enzim
sikloogsigenase dan lipoksigenase dapat memberi harapan untuk pengobatan gejala
peradangan dan alergi. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya radang
melaui dua cara yaitu menghambat asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari
sel endothelial dan menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses radang.
Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan
kurang tersedianya substrat arakhidonat bagi jalur sikloogsigenase dan jalur
lipooksigenase, asam hidroksieikosatetraionoat, leukotrien disisi lain.

 III.            ALAT DAN BAHAN
ALAT
            Buku, bolpoid, penggaris, pisau, talenan, keranjang, toples
BAHAN
Rimpang Teki (Cyperus rotundus L)



 IV.            CARA KERJA
a.       Praktikum 1
                                                                                                                  













b.      Praktikum II


    V.            HASIL
Praktikum I
a.      Gambar Tanaman & Bagian Tanaman
b.      Tabel Hasil Pengamatan
a.        
No.
Pengamatan
Hasil Pengamatan
Literatur (Pustaka)
1.
Nama Tanaman










a.       Nama Latin
Cyperusrotundus L

b.      Nama Lokal
Rimpang  Teki



2.
Klasifiksi Tanaman


  1. Kingdom
Plantae

  1. Sub kingdom
Tracheobionta

  1. Super divisi
Spermatophyta

  1. Divisi
Magnoliophyta

  1. Kelas
Liliopsida

  1. Sub kelas
Commelinidae

  1. Ordo
Cyperales

  1. Famili
Cyperaceae

  1. Genus
Cyperus

  1. Spesies
Cyperus rotundus L
3.
Deskripsi Tanaman




Gunawan dkk, 1998

a.       Habitus
Dataran rendah

b.      Batang
Herba (rumput-rumputan)

c.       Daun
Sejajar

d.      Bunga
Majemuk

e.       Buah
Rimpang

f.       Akar
Serabut
4.
Bagian Yang Dimanfaatkan Untuk Obat
Rimpang

Gunawan dkk, 1998
5.
Isi/Kandungan
Alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida, saponin, seskuiterpenoid dan furchromones

Lawal , 2009



Lawal, 2009
6.
Khasiat
Obat sariawan, sakit gigi, nyeri lambung, mual, muntah, penyembuh luka,anti diare, anti bakteri. antioksidan dan masalah menstruasi
 
c.       Gambar tanaman dan bagian tanaman
a.        Gambar tanaman



b.      Gambar bagian tanaman

           


Praktikum II
A.
Identifikasi Tanaman
Keterangan
1.
Nama Tanaman
Rumput Teki
2.
Bagian tanaman yang digunakan
Rimpang
3.
Nama simplisia
Cyperus rotundus L.
4.
Famili /keluarga
Cyperaceae
5.
Isi /kandungan
Alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida, saponin, seskuiterpenoid dan furchromones
6.
Khasiat/guna
Obat sariawan, sakit gigi, nyeri lambung, mual, muntah, penyembuh luka,anti diare, antibakteri, antioksidan dan masalah menstruasi
B.
Uraian Tahap Pembuatan Simplisia
1.
Pemilihan Bahan Baku


a. Bahan Baku Tanaman
Panen rimpang dilakukan pada saat awal musim kemarau

b. Karakteristik Bahan Baku


  • Warna
Hitam

  • Bentuk
Lonjong berserabut

  • Bau
Khas rimpang teki

  • Rasa
Getir, sedikit pahit

  • Kenampakan irisan melintang
Putih bersih
2.
Sortasi Basah


Jenis Bahan Asing
Tanah
3.
Pencucian
Dengan air mengalir
4.
Berat Basah Bahan Baku
95,82 gram
5.
Cara Pengubahan Bentuk Bahan Baku
Dirajang dengan menggunakan pisau
6.
Pengeringan


a. Cara pengeringan
Dibawah sinar matahari langsung

b. Lama pengeringan
1 minggu

c. Berat basah bahan baku
95,82 gram

d. Berat kering bahan baku
31,94 gram
7.
Penyimpanan

a. Wadah penyimpanan
Dengan menggunakan toples

b. Suhu tempat penyimpanan
Pada suhu kamar (27°C)

c. Label pada wadah
Nama simplisia : Cyperus rotundus L.
Nama tanaman : Rimpang teki
Tanggal pembuatan : 18 Maret 2016
Khasiat : Obat sariawan, sakit gigi, nyeri lambung, mual, muntah, penyembuh luka,anti diare dan masalah menstruasi

8.
Pemeriksaan Organoleptis


a. Warna
Coklat kehitaman

b. Bau
Khas rimpang teki

c. Rasa
Tidak berasa, getir
C.
Pemeriksaan Mutu
1.
Pemeriksaan Organoleptik


a. Warna
Coklat kehitaman

b. Bau
Khas rimpang teki

c. Rasa
Tidak berasa , getir
2.
Pemeriksaan Kapang
Tidak ada
3.
Kadar Susut Pengeringan
66,6%
4.
Pemeriksaan Keutuhan Simplisia
Tidak berkapang

Perhitungan Kadar Susut pengeringan :
Berat simplisia basah          :  95,82 gram  (a)
Berat simplisia kering         : 31,94 gram  (b)
Kadar susut pengeringan     : (a-b:a) x 100%
                                             : 95,82 gram – 31,94 gram        X     100 %
                                                            95, 82 gram
                                            : 66,6 %
Kadar air                              : 100% - kadar susut
                                             : 100%  -  66,6 %/
                                            =

 VI.            PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan praktek pengenalan tanaman obat berkhasiat dan membuat simplisia tanaman obat berkhasiat dari rimpang teki. Bahan baku pada pektik kali ini adalah rimpang taki. Simplisia merupakan tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman yang berkhasiat sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain berupa bahan alami yang telah di keringkan.
            Proses pembuatan simplisia yang pertama di lakukan yaitu dengan pengumpulan bahan baku (rimpang teki) pemanenan dilakukan pada saat awal musim kemarau, setelah pemanenan rimpang teki, dilakukan sortasi basah bertujuan untuk memisahkan rimpang dari bagian tanaman yang tidak digunakan seperti akar atau tanah yang melekat, kemudian rimpang di cuci dengan air mengalir, ini dimaksudkan agar rimpang bersih dan kotoran lain langsung mudah terbuang, rimpang yang sudah di cuci bersih tahap selanjutnya rimpang potong kecil-kecil menggunkan pisau bertujuan untuk memperkecil luas permukaan sehingga proses pengeringan berlangsung lebih cepat, setelah di ubah bentuk proses selanjutnya yaitu pengeringan, sempel di keringkan dibawah sinar matahari dengan menggunakan kain hitam sebagai penutup. Fungsi kain hitam tersebut untuk menyerap panas dari sinar matahari. Sempel tidak boleh berkontak langsung dengan sinar matahari karna akan merusak aktivitas enzim. Sortasi kering di lakukan sebelum pengepakan dan penyimpanan yang bertujuan memisahkan sisa-sisa benda asing atau bagian tanaman yang tidak dikehendaki misalnya bahan yang telalu gosong atau bahan yang rusak, rimpang yang sudah kering disimpan dalam toples dan di beri etiket.
            Dari berat awal rimpang teki sebanyak adalah gram, kemudian setelah dilakukan pengeringan selama 1minggu berat rimpang teki menjadi gram. Setelah kering dan menjadi simplisia rimpang teki mempunyai warna coklat kehitaman, bau khas rimpang teki, dan rasa tidak berasa/getir. Dari proses pengeringan dihasilkan kadar susut 

VII.            KESIMPULAN
Simplisia dibagi menjadi 3golongan yaitu simplisia nabati,hewani,dan pelikan atau mineral. Praktikum kali ini adalah pembuatan simplisia dengan baku berupa rimpang teki. Dari proses pengeringan rimpang teki dihasilkan warna coklat kehitaman, bau khas rimpang teki dan bau tidak berbau atau getir. Mempunyai kadar susut simplisia dan kadar airnya
VIII.            DAFTAR PUSTAKA
2.      www.wikipedia.com
3.      www.plamtamor.com
5.      Gunawan, D. 1998. Tumbuhan Obat Indonesia. Yogyakarta. Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM
6.      Anonim. 2011. Cyperus rotundu. [serial online]. http://en.wikipedia.org/wiki/Cyperus_rotundus. [20 Maret 2016].
7.      Lawal , O. A. dan Adebola, O. 2009. Chemical Composition Of The Essential Oils Of Cyperus Rotundus L. From South Africa. Journal Molecules 2009, 14, hal 2909-2917.
8.      Subhuti, D. 2005. CYPERUS Primary Qi Regulating Herb Of Chinese Medicine.













LAMPIRAN




        



               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar