PENGARUH PERBANDINGAN EKSTRAK MASERASI KULIT PISANG
AMBON (Musa paradisiaca L) DAN KULIT
PISANG KEPOK (Musa acuminate C)
TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL
TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)
Teguh
Irfani[1]
DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama
Jln.
Mataram No. 09 Kota Tegal, Indonesia
Telp/Fax (0283) 352000
Abstrak
Kulit pisang
Ambon dan Kulit pisang Kepok mengandung senyawa saponin. Saponin ini bersifat
anti oksidan yang dapat mencegah reabsorpsi dan meningkatkan ekskresi
kolesterol. Banyak penelitian menyebutkan banyak kegunaan dari kulit pisang
ambon dan kulit pisang kepok seperti antibakteri, antioksidan dan anti nyeri,
namun pemanfaatannya masih sedikit. Hal ini dikarenakan proses ekstraksi yang
rumit dan tidak banyak orang yang mengetahuinya menjadi alasannya. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan pengaruh dari pemberian ekstrak
maserat kulit pisang ambon dengan ekstrak maserat kulit pisang kepok.
Penelitian ini
menggunakan metode maserasi dalam proses ekstraksi, karena saponin tidak tahan
terhadap pemanasan. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70%. Pengujian
digunakan tikus putih jantan sebagai hewan uji serta sebagai pembanding
digunakan simvastatin sebagai kontrol positif dan CMC sebagai kontrol negatif.
Analisis yang digunakan yaitu dengan melihat penurunan kadar kolesterol total
pada tikus putih jantan serta dengan menggunakan uji anova satu arah. Digunakan
satu dosis dalam perlakuan ekstrak yaitu 200mg/kgBB.
Berdasarkan
hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kedua ekstrak maserat baik maserat
kulit pisang ambon maupun maserat kulit pisang kepok berpangaruh dalam
menurunkan kolesterol total pada tikus putih jantan. Ekstrak maserat kulit
pisang kepok lebih berpengaruh dalam menurunkan kadar kolesterol total pada
tikus putih jantan dengan hasil 15,33 mg/dl dibandingkan dengan ekstrak maserat
kulit pisang ambon dengan hasil 17,66 mg/dl.
Kata
kunci : kulit pisang kepok, kulit
pisang ambon, kolesterol, ekstrak
Abstrak
Ambon
banana skin and banana peel The kepok contains saponin compounds. Saponin is
anti oxidant that can prevent reabsorption and increase cholesterol excretion.
Many studies mention the many uses of the banana skin of Ambon and banana peel
skeleton such as antibacterial, antioxidant and anti-pain, but the utilization
is still small. This is because the complicated extraction process and not many
people know it is the reason. This study aims to determine the effect of the
effect of extract maserat banana skin with the extract maserat banana peach
skin kepok.
This
research uses the maceration method in the extraction process, because saponin
is not resistant to heating. The solvent used is 70% ethanol. Testing used male
white rat as a test animal and as a comparison used simvastatin as a positive
control and CMC as a negative control. The analysis used is to see the decrease
in total cholesterol levels in male white rats and by using one way anova test.
Used one dose in the extract treatment of 200mg / kgBW.
Based
on the result of the research, it can be concluded that both maserat extract
both masonic banana skin of Ambon and maserat banana kepok skin have the effect
in decreasing total cholesterol in male white rat. Maserat extract of banana
kepok more influential in decreasing total cholesterol level in male white rat
with result 15,33 mg / dl compared with masonic extract of banana skin of ambon
with result 17,66 mg / dl.
Keywords: banana kepok skin, banana skin of ambon,
cholesterol, extract
1. Pendahuluan
Gaya hidup masyarakat telah berubah, perubahan ini
banyak dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang telah mengubah
jenis asupan makanan yang disukai oleh masyarakat. Dari
perubahan tersebut masyarakat cenderung memilih janis makanan yang menawarkan
kekuatan rasa yang berasal dari bahan makanan yang berlemak.
Kolesterol adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk pembangunan membran
sel tubuh, bahan pembuatan hormon steroid, menyusun garam empedu dan lain
sebagainya. Kolesterol pada dasarnya dapat disintesis oleh sel tubuh pada semua
organ, namun kebanyakan kolesterol disintesis oleh sel hati dengan jumlah
sekitar 500 mg/hari. Kolestrol tersebut berasal pula dari makanan yang
dikonsumsi oleh individu yang berasal dari kolestrol hewan, antara lain otak,
hati, daging, kuning telur dan organ dalam lainnya
Penggunaan tanaman untuk tujuan pengobatan sudah dilakukan sejak dahulu,
dengan menggunakan sebagian atau seluruh bagian tanaman. Pengobatan dengan
menggunakan bahan-bahan dari alam biasa kita sebut dengan pengobatan
tradisional. Masyarakat mulai beralih pada obat tradisional karena keuntungan
menggunakan bahan alami selain mudah didapat, harganya relatif lebih murah dan
efek sampingnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan obat sintetik, serta
umumnya dalam satu tanaman memiliki efek farmakologi lebih dari satu sehingga
sesuai untuk penyakit degeneratif dan metabolik.
Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang
tumbuh dan tersebar di seluruh Indonesia. Selama ini limbah kulit pisang hanya
dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal sisa pengolahan ini masih dapat
diekstrak dan dimanfaatkan untuk pengobatan. Menurut penelitian sebelumnya,
kulit pisang ambon (Musa paradisiaca L) dan
kulit pisang kepok (Musa acuminate C) dapat
menurunkan kadar kolesterol dalam darah karena memiliki kandungan saponin dan
tanin, namun dengan berjalannya proses pematangan kandungan tanin akan
menghilang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh pemberian ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiacal) dan kulit pisang
kepok (Musa acuminate C) terhadap
penurunan kadar kolesterol pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus), serta
untuk mengetahui ekstrak manakah yang
paling berpengaruh diantara ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa paradisiacal) dan kulit pisang
kepok (Musa acuminate C) terhadap
penurunan kadar kolesterol pada tikus
putih jantan (Rattus norvegicus).
2. Metode
Penelitian
a.
Waktu
penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
tanggal 5 Pebruari 2017 di laboratorium 4 Politeknik Harapan Bersama Tegal.
b.
Teknik
sampling
Teknik sampling yang digunakan
pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh penulis
c.
Ekstraksi
Saponin
adalah jenis zat aktif yang tidak tahan pemanasan sehingga metode ekstraksi
yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode maserasi.
d.
Uji
Identifikasi Saponin
Identifikasi
saponin dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan uji busa dan uji KLT.
e.
Diet
Tinggi Lemak
Hewan
uji terlebih diberikan diet tinggi lemak untuk membuat keadaan lemak dalam
darah menjadi tinggi. Diet tinggi lemak dilakukan dengan pemberian makana
tinggi lemak dan fruktosa selama 7 hari.
f.
Perlakuan
Hewan uji dilakukan perlakuan
setelah kadar kolesterol dalam darah telah dinyatakan naik. Hewan uji dibagi
menjadi 4 kelompok pada kelompok pertama diberikan Simvastatin senagai kontrol
positif, pada kelompok ke 2 diberikan CMC sebagai kontrol negatif, pada
kelompok ke 3 diberikan ekstrak kulit pisang ambon dan kelompok 4 diberikan
ekstrak maserat kulit pisang kepok.
g.
Cek
Kadar Kolesterol Total
Cek kadar kolesterol total
dilakukan menggunakan easy touch
dilakukan sebanyak 3 kali yaitu cek pertama sebelum dilakukan diet, kedua
dilakukan setelah diberikan diet dan cek terakhir setelah dilakukan perlakuan.
3. Hasil
dan Pembahasan
1)
Ekstraksi
Metode ekstraksi yang digunakan
adalah metode maserasi. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% karena saponin
bersifat polar sehingga sangat efektif digunakan pelarut yang polar juga dalam
ekstraksi. 50 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam 375 ml pelarut yaitu
dengan perbandingan 1:7,5. Maserasi dilakukan selama 7 hari dalam bejana kedap
cahaya dan dengan pengadukan sehari sekali untuk menjaga kestabilan
konsentrasi. Untuk mendapatkan ekstrak kental terlebih dahulu dilakukan
penyaringan dan dilanjutkan dengan penguapan.
2)
Uji
Saponin
a.
Uji
busa
Reaksi
|
Hasil
|
Pustaka
|
Ket
|
10 ml aquades +
0,5 g simplisia kulit pisang ambon + 1 tetes klorid 2 N
|
Busa 1,3 cm 30 detik
|
1 cm-2,5 cm
|
+
|
10 ml aquades +
0,5 g simplisia kulit buah pisang kepok kocok + 1 tetes klorid 2 N
|
Busa 1,5 cm 30 detik
|
1cm-2,5 cm
|
+
|
Dari data hasil uji saponin di atas menunjukkan bahwa kulit pisang ambon
dan kulit pisang kepok mengandung saponin dibuktikan dengan adanya busa stabil
setinggi 1,3 cm dan 1,5 cm selama 30 detik, hal ini menunjukkan tinggi busa
masuk dalam range literatur yaitu 1 cm - 2,5 cm.
b.
Uji
KLT
Ekstrak
|
Sample
|
Standar
|
||
Rf
|
hRf
|
Rf
|
hRf
|
|
kulit pisang ambon
|
0,3
|
30
|
0,275-37,5
|
27,5-37,5
|
kulit pisang kepok
|
0,35
|
35
|
0,37
|
37
|
Pengamatan warna dibawah sinar
UV 254 dan 366 pada ekstrak maserat kulit pisang ambon terlihat warna kuning
dan hijau dan pada pengamatan ekstrak maserat kulit pisang kepok terlihat warna
kuning dan warna hijau. Hasil Rf kulit pisang ambon menunjukkan angka 0,3.
sesuai dengan standar yaitu 0,275 – 0.375, sedangkan nilai hRf diperoleh angka
sebesar 30 hasil penelitian ini masuk kedalam standar nilai hRf yaitu
27,5–37,5. Sedangkan hasil Rf ekstrak kulit pisang kepok menunjukkan angka
0,35, sesuai karena nilai Rf mendekati standar yaitu 0,37, sedangkan untuk
nilai hRf yang diperoleh yaitu sebesar 35 sesuai dengan literatur karena
mendekati nilai standar yaitu 37.
3)
Hasil
Cek Kadar Kolesterol Total
a.
Kolesterol
total awal
Kadar kolesterol total awal (mg/dl)
|
||||
Kel +
|
Kel -
|
Kel ekstrak
|
Kel ekstrak
|
|
I
|
120
|
135
|
110
|
113
|
II
|
115
|
105
|
125
|
104
|
III
|
108
|
112
|
111
|
124
|
Jumlah
|
343
|
352
|
346
|
341
|
Rata-rata
|
114,33
|
117,33
|
115,33
|
113,67
|
Didapatkan hasil kadar kolesterol awal pada kelompok 1
memiliki rata-rata 114,33 mg/dl, kelompok ke 2 memiliki rata-rata 117,33 mg/dl,
pada kelompok ke 3 memiliki rata-rata 115,33 dan kelompok ke 4 memiliki
rata-rata 113,67.
b.
Cek
kolesterol diet
Kadar kolesterol total setelah diet tinggi lemak
(mg/dl)
|
||||
Kel positif
|
Kel negatif
|
Kel ekstrak
|
Kel ekstrak
|
|
I
|
160
|
175
|
148
|
163
|
II
|
148
|
145
|
167
|
139
|
III
|
130
|
140
|
140
|
158
|
Jum
|
438
|
460
|
455
|
460
|
Rata-rata
|
146,0
|
153,33
|
151,67
|
153,33
|
Hasil cek kolesterol total setelah diberikan diet
tinggi lemak didapatkan hasil pada kelompok 1 didapat rata-rata 146,00
mg/dl,kelompok 2 didapat hasil 153,33 mg/dl, kelompok 3 didapat hasil 151,67
mg/dl dan kelompok 4 didapatkan rata-rata kadar kolesterol 153,33 mg/dl.
c.
Persentase
kenaikan kadar kolesterol
Kel
|
Kadar
Awal
|
Kadar
Diet
|
Naik
|
%
|
Kel +
|
114,33
|
146
|
31,67
|
28%
|
Kel -
|
117,33
|
153,33
|
36
|
31%
|
Perlakuan 1
|
115,33
|
151,67
|
36,34
|
32%
|
Perlakuan 2
|
113,67
|
153,33
|
39,66
|
35%
|
Dibandingkan antara kadar kolesterol awal dengan
kadar kolesterol sesudah diet terjadi kenaikan kadar kolesterol yaitu pada
kelompok 1 terjadi kenaikan sebesar 28%, pada kelompok 2 terjadi kenaikan 31%,
kelompok 3 terjadi kenaikan 32% dan kelompok 4 sebesar 35%.
d.
Cek
kadar kolesterol setelah perlakuan
Kadar kolesterol total setelah perlakuan (mg/dl)
|
||||
Kel Simvastatin
|
Kel CMC
|
Kel Ekstrak Ambon
|
Kel Ekstrak Kepok
|
|
I
|
138
|
170
|
133
|
148
|
II
|
123
|
141
|
154
|
120
|
III
|
107
|
135
|
132
|
139
|
Jum
|
398
|
446
|
419
|
407
|
Rata-rata
|
122,67
|
148,67
|
136,33
|
135,67
|
Didapatkan hasil cek kadar kolesterol total setelah
perlakuan yaitu pada kelompok somvastatin sebesar 122,67 mg/dl, pada kelompok
CMC sebesar 148,67 mg/dl, pada kelompok ekstrak ambon sebesar 136,33 mg/dl dan
kelompok ekstrak kepok sebesar 135,67 mg/dl.
e.
Persentase
penurunan kolesterol total
Kelompok
|
Kadar Diet
|
Kadar Perlakuan
|
Turun
|
%
|
Kel Simvastatin
|
146
|
122,67
|
23,33
|
16%
|
Kel CMC
|
153,33
|
148,67
|
4,66
|
3%
|
Ekstrak ambon
|
151,67
|
136,33
|
15,34
|
10%
|
Ekstrak kepok
|
153,33
|
135,67
|
17,66
|
12%
|
Dengan membandingkan cek kadar kolesterol diet
dengan kolesterol setelah perlakuan didapatkan hasil penurunan kadar kolesterol
pada kelompok simvastatin terjadi penurunan sebesar 16%, pada kelompok CMC
terjadi penurunan sebesar 3 %, pada kelompok ekstrak ambon terjadi penurunan
sebesar 10%, dan pada kelomok ekstrak kepok terjadi penurunan kadar kolesterol
sebesar 12%.
4) Analisa
Data
Hasil analisa pada penelitian ini selanjutnya diuji
secara statistik menggunakan uji Anova dengan program SPSS. Berikut adalah uji statistik
pengaruh pemberian ekstrak maserat kulit pisang ambon dan kulit pisang kepok
terhadap kadar kolesterol total tikus putih jantan :
ANOVA
|
Sum of Squares
|
Df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Between
Groups
|
549,583
|
3
|
183,194
|
51,124
|
,000
|
Within
Groups
|
28,667
|
8
|
3,583
|
|
|
Total
|
578,250
|
11
|
|
|
|
Berdasarkan perhitungan
analisis One-Way Anova pada
penelitian ini dengan nilai signifikansi 0,000 dimana nilai F hitung
> F tabel (51,124> 4,066181). Oleh karena
itu dapat disimpulkan bahwa ektrak maserat kulit pisang ambon dan ekstrak
maserat kulit pisang kepok berpengaruh dalam penurunan kadar kolesterol pada
tikus putih jantan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian, analisa data dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Kedua ekstrak maserat baik maserat kulit
pisang ambon (Musa paradisiaca L) maupun
maserat kulit pisang kepok (Musa
acuminate C) berpangaruh dalam
menurunkan kolesterol total pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
b. Ekstrak
maserat kulit pisang kepok (Musa
acuminate C) lebih berpengaruh
dalam menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) dibandingkan dengan
ekstrak maserat kulit pisang ambon (Musa
paradisiaca L).
5. Daftar Pustaka
[1]
Atun, S. dkk. 2007. Identifikasi Dan Uji
Aktivitas Antioksidan Senyawa Kimia dari Ekstrak
Metanol Kulit Buah Pisang (Musa paradisiaca Linn.). Indo. J. Chem., 7 pp. 83 – 87.
[2]
Dalimartha, S. 2003. Atlas
Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Trubus Agriwidya: Jakarta.
[3]
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi III. Depkes RI : Jakarta
[4]
Depkes RI, 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan. Direktorat
Jenderal P2M & PLP: Jakarta.
[5]
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan
Nasional. Depkes RI: Jakarta.
[6]
Kailaku, S. I., 2011, Teknologi Pengolahan
Sabun Transparan Skala Rumah Tangga,
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Vol 33 No.5, 14-16.
[7]
Katno. 2008. Tingkat Manfaat, Keamanan
dan Efektifitas Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI: Karanganyar.
[8]
Satuhu
dan Ahmad. 1994. Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Penebar Swadaya:
Jakarta.
[9]
Tjitrosoepomo, G. 1997. Morfologi
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
[10] Warintek,
2011, Pengaruh Ekstrak Etanol Kulit
Pisang Ambon (Musa paradisiaca, L.
Forma sapientum, L) dalam
Mempercepat Durasi Penyembuhan
Luka Insisi Pada Mencit Swiss Webster Betina, Skripsi, Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Maranatha: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar